Rabu, 08 Februari 2012

Lee Taemin :*












kalian yang suka banget sama boyband korea pasti udah ga asing lagi kan ngeliat cowo tampan yang satu ini?? iyaa, Lee Taemin salah satu personil SHINee ini banyak di gilai para cewe termasuk saya . ketampanannya ga tertandingi deh, ganteng banget !! nih saya share yaa foto-fotonya si cowo tampan ini :D

si handsome Lee Taemin :D

Stage Name: 태민 / 泰民
Real Name: Lee Taemin 이태민
Nickname: Handy Boy Taemin
DOB: July 18th, 1993
Hometown: Dongbong-gu, Seoul
Height: 175cm
Weight: 50kg
Bloodtype: B
Family: Parents, older brother
Education: First Year High School
Position: Lead Dancer, Rapper
Hobby/Interest: Listening to Music, Popping (dance), Piano, Mandarin
Random Fact: Despite being the youngest, he is considered to be the best dancer. He is also currently studying chinese.

2NE1- Iam the Best

naega jeil jal naga
naega jeil jal naga
naega jeil jal naga
naega jeil jal naga
naega jeil jal naga

Bam Ratatata Tatatatata
Bam Ratatata Tatatatata
Bam Ratatata Tatatatata
Bam Ratatata Tatatatata
Oh my god

nuga bwado naega jom jugyeojujanha
duljjaegaramyeon i momi seoreopjanha

neon dwireul ttaraojiman nan amman bogo jiljuhae
nega anjeun teibeul wireul ttwieodanyeo I don’t care

geondeurimyeon gamdang motae I’m hot hot hot hot fire
dwijibeojigi jeone jebal nuga nal jom mallyeo

otjangeul yeoreo gajang sangkeumhan oseul geolchigo
geoure bichin nae eolgureul kkomkkomhi salpigo

jigeumeun yodolsi yaksoksiganeun yodolsiban
dodohan georeumeuro naseon i bam

naega jeil jal naga
naega jeil jal naga
naega jeil jal naga
naega jeil jal naga
jeil jal naga

naega bwado naega jom kkeutnaejujanha
nega narado i momi bureopjanha

namjadeureun nal dorabogo yeojadeureun ttarahae
naega anjeun i jarireul maeil neombwa pigonhae

seonsuincheok pomman jamneun eoribeorihan Playa
neon baram ppajin taieocheoreom bogi joke chayeo
 
eotteon bigyodo nan geobuhae igeon gyeomsonhan yaegi
gachireul nonhajamyeon naneun Billion dollar baby

mwol jjom aneun saramdeureun da araseo arabwa
amuna japgo mureobwa nuga jeil jal naga

naega jeil jal naga
naega jeil jal naga
naega jeil jal naga
naega jeil jal naga
jeil jal naga

nuga nega naboda deo jal naga
No no no no
Na na na na
nuga nega naboda deo jal naga
No no no no
Na na na na
nuga nega naboda deo jal naga
No no no no
Na na na na
nuga nega naboda deo jal naga
No no no no
Na na na na

Bam Ratatata Tatatatata
Bam Ratatata Tatatatata
Bam Ratatata Tatatatata
Bam Ratatata Tatatatata

Oh my god

After School Red - In the Night Sky

Yeah! It’s brave sound
After School
I don’t wanna love
I don’t wanna love
I don’t wanna love
Don’t wanna love you
OK!

sirtago hal ttaen eonjego ijewa jakku naege waeirae baby 
ijeul man hamyeon jeonhwal georeo naesogeul dwijibeo nonneunde baby

utgiji mareo yejeonen heundeullyeotjiman 
ijeneun dalleo da areo gatgo noljima 
eodi hanbeon dugo bwa 
neo eobsido jal jinaelkkeoya kkeokkeoya 
naege mal geoljima 

*bamhaneure ee mareul hae ee neo ttaeme ee jeoldae ulji anha jeo haneure ee maengsehae ee 
du beon dasin neol boji anketdago 

nam mollae huljjeok huljjeok huljjeok huljjeok uldaga 
na honja ttubeok ttubeok ttubeok gireul geotdaga 
ni saenggage tto gapjagi hwak yeol bada yokhago sipjiman 
geurae bwatja nae imman apeungeol 

neoneun kkok pillyohal ttae man nal chaja ije nae insaengeseo jom ppajyeo neon ppeonppeonhae geojitmareun tto ppeonhae so stop that sogajuneun geot do han du beon neoreul ijeunjin imi orae jeon go your way imma go ma way Live your life 
imma live my life 

utgiji mareo yejeonen heundeullyeotjiman 
ijeneun dalleo da areo gatgo noljima 
eodi hanbeon dugo bwa 
neo eobsido jal jinaelkkeoya kkeokkeoya 
naege mal geoljima 

bamhaneure ee mareul hae ee neo ttaeme ee jeoldae ulji anha jeo haneure ee maengsehae ee 
du beon dasin neol boji anketdago 

nam mollae huljjeok huljjeok huljjeok huljjeok uldaga 
na honja ttubeok ttubeok ttubeok gireul geotdaga 
ni saenggage tto gapjagi hwak yeol bada yokhago sipjiman 
geurae bwatja nae imman apeungeol 

I don't need you don't call me boy 
I don't need you so live your life 
deo isang apeuji anheul kkeoya 

bamhaneure ee mareul hae ee neo ttaeme ee jeoldae ulji anha jeo haneure ee maengsehae ee 
du beon dasin neol boji anketdago 

nam mollae huljjeok huljjeok huljjeok huljjeok uldaga 
na honja ttubeok ttubeok ttubeok gireul geotdaga 
ni saenggage tto gapjagi hwak yeol bada yokhago sipjiman 
geurae bwatja nae imman apeungeol

Jumat, 20 Januari 2012

Kadang, Kisah Cinta Memang Tak Hanya Milik Dua Orang

“Mencintai  jadi begitu menakutkan jika kamu adalah orang ketiga dalam suatu hubungan”
Aku bahkan tak mengerti bagaimana statusku dengan dia. Dia dengan istrinya dan aku juga bersamanya. Aku tak peduli bagaimana mempersepsikan statusku, sebagai simpanan atau bahkan sebagai penghancur hubungan orang, tapi toh tidak separah itu. Aku tak menuntut banyak hal darinya, kami saling mencintai dan pentingkah status? Aku rasa tidak.
Lupakan makan malam romantis, berbagi coklat manis, atau bahkan tanganmu menghapus air mataku saat menangis. Aku hanya kau temui secara sembunyi-sembunyi, saat kau meninggalkan pekerjaanmu hanya untukku atau saat kau tidak bersama dengan istrimu. Dalam waktu yang sangat singkat itu, aku berharap bisa terus menahanmu, karena aku benci selalu jadi prioritas kedua, karena aku benci harus kehilangan kamu saat aku benar-benar membutuhkanmu.
Ada saat-saat dalam hidupku, saat aku tetap meyakini bahwa ini hanya sementara. Aku masih meyakini suatu saat aku akan menjadi satu-satunya untuk selamanya dalam hidupmu, kamu akan menangis memelukku saat aku mengenakan gaun pengantin, kamu akan menjadi satu-satunya orang yang aku lihat saat aku terbangun dari mimpi, kita akan bahagia. Aku masih menyakini bahwa aku tidak selamanya jadi yang kedua, aku tidak selamanya akan terus kau sembunyikan.
Aku masih sibuk merancang mimpi indah untuk hubungan kita, walaupun kutahu kau tak pernah menghabiskan waktumu hanya untuk memikirkan akhir dari hubungan kita. Aku benci saat-saat kau menghancurkan mimpiku dengan mengatakan bahwa kau tak mungkin meninggalkan istrimu dan juga takkan mungkin meninggalkanku. Aku benci harus menata ulang mimpi itu dari awal tanpa kau meminjamkan pundakmu saat aku menangis. Lalu untuk apa kata cinta itu kau perdengarkan, jika kau tak bisa menjadikanku satu-satunya wanita yang kau cintai? Jika kau hanya bisa menyembunyikanku dari sorotan dunia? Jika kau hanya menutup-nutupi cerita kita dari istrimu?
Kita sering berkhayal dan bermimpi, khayalan yang akan membuat aku dan kamu tertawa lepas, berbagi tawa dan bahagia dalam sebuah ketakutan bahwa hubungan rahasia ini akan diketahui oleh seseorang selain kita berdua.
Selama ini, saat aku bersamamu, aku lupa apa arti cinta. Perasaanku mati untuk merasakan bahagia. Aku terbiasa dengan perasaan sakit yang kubuat sendiri, aku terbiasa dengan kelakuanmu yang kadang tak menganggapku ada. Kamu terlanjur membuatku percaya, bahwa cinta adalah kesabaran menjadi orang ketiga. Aku terlalu lama menyiksa diriku sendiri, hanya untuk mengharapkanmu, kamu yang tak pernah menganggap perasaanku ada dan nyata. Aku juga ingin bahagia, seperti kamu dan istrimu. Aku ingin bahagia, tanpa harus bersembunyi dan dikejar rasa ketakutan.
Aku ingin bahagia. Dan jika bahagia berarti melupakanmu, akan terus aku coba untuk melakukannya. Aku percaya bahwa sesuatu yang dipersatukan oleh Tuhan tidak dapat dipisahkan oleh manusia. Aku percaya bahwa hubungan yang telah dikuduskan oleh Tuhan tidak dapat dinodai oleh manusia. Aku ingin mengakhiri semua dosa ini. Jadi, biarkan aku jatuh cinta pada seseorang selain kamu, yang akan mengutamakanku dalam berbagai hal, yang tidak akan menyembunyikanku dari sorotan mata dunia, dan yang akan memayungiku saat hujan mencoba menggelitik manja tubuhku. Jika bahagia berarti melupakan bayangmu yang terhisap kangen tadi malam, akan aku lakukan.
Istrimu berhak mendapatkan kesetiaanmu, dia tentu bukan wanita yang kau nikahi dalam ketergesa-gesaan. Cintailah dia seperti pertama kali cinta itu ada dan menggetarkan hatimu dengan luar biasa. Percayalah, aku akan menemukan bahagia. Kita akan bahagia dalam jalan kita masing-masing, tanpa harus menyakiti pihak lain, tanpa harus menyangkal Tuhan yang menyebabkan cinta itu ada.

Oleh : Dwitasari

Romantis ? Tidak harus Sunset!

“Tidak ada perasaan yang lebih bahagia selain keindahan mencintai seseorang dan menjadikan dia satu-satunya orang yang ada dipikiranmu setiap saat”
Aku tahu, aku bukan lagi ABG yang harus menjadikan jejaring sosial sebagai tempat galau. Aku tahu, aku bukanlah ABG labil yang menjadikan cinta sebagai penghasil depresi terbesar. Tapi, ternyata aku lemah. Daniel, pria yang 2 tahun terakhir ini selalu jadi alasan terbesarku saat menggalau di status facebook dan twitter. 2 tahun kami menjalani hubungan tak biasa, tanpa status. Kami sadar kalau kami saling menyayangi, ada usaha untuk saling memiliki, sayangnya semua itu sulit menjadi realita. Aku mencoba lebih mementingkan perasaanku daripada status kami. Kadang, status pun tidak membuktikan seberapa kuatnya perasaan seseorang. Bukankah banyak pasangan kekasih dan pasangan suami istri yang tidak terlalu bahagia dalam status yang terlihat begitu serius? Ya.. Status itu cukup aku dan dia saja yang merasakan.
Dia meninggalkan kota Yogya dan memutuskan untuk kuliah di Depok, aku sedikit frustasi. Dia selalu menghasilkan ketakutan-ketakutan baru setiap hari. Sayangnya, hal yang tidak pernah aku harapkan terjadi, dia berubah 180 derajat. Dia begitu cuek dan sering mengabaikan aku.
***
1 minggu ini dia tidak memberikan kabar, ini memang bukan hal baru karena beberapa minggu sebelumnya dia juga melakukan hal yang sama. Perasaan campur aduk, khawatir, dan kangen. Kata orang rindu itu indah, namun bagiku ini menyiksa. Bukan cuma nyiksa, tapi nyiksa banget!
***
Aku punya rencana entah rencana bodoh, idiot, atau bagus. Di usianya yang ke-21, aku harus memberi kejutan yang berhasil! Yaa.. karena 1 tahun yang lalu rencanaku gagal dan 2 tahun yang lalu rencanaku pun juga gagal. Kali ini harus sukses! Telah lama kumemikirkannya, karena dipikirkan dengan matang, aku harus merealisasikannya dengan baik! Aku membeli dua tiket kereta api. Taksaka malam, 19 September 2010 , 03.35, dari stasiun Tugu dan di Jakarta, dan aku akan membeli tiket Senja Utama Yogyakarta, 19 September 2010 , 21:40 yang berangkat dari stasiun Senen. Sesuai info online, semoga sesuai perkiraanku. Hari itu aku pergi, hari itupun aku juga harus pulang.
19 September 2010 , 02:00 WIB. Dengan mata setengah bangun setengah teler, aku memeriksa barang-barang bawaanku. Aku tahu ini gila dan agresif, tapi sungguh semua ini aku lakukan hanya untuk melihat senyum Daniel lagi. Aku memang buta jalan, tidak tahu kota Depok itu seperti apa, memang rencanaku tidak segampang yang aku perkirakan, tapi aku yakin, jika untuk hal yang baik, semua akan berjalan dengan baik. Ya! Keep moving forward! Terus bergerak ke depan!
***
17:00, setelah turun di stasiun senen, aku melanjutkan perjalanan ke stasiun Depok Baru. Aku bertanya lagi pada petugas stasiun, setelah dari sini aku harus menaiki apa untuk menuju jalan Margonda Raya. Di Yogya, aku terbiasa menaiki bis jadi kalau naik angkot, agak sedikit linglung. Aku mencari angkot 05 jurusan terminal Depok dan bertanya-tanya sedikit tentang toko kue sekitar Depok. Hebatnya, supir ini tahu! Tepat di sebrang terminal Depok, ada sebuah toko kue bernama Daniel Bakery. Ya, Tuhan, semoga nama yang sama juga membawa kebaikan yang sama.
***
19:00, aku sampai di kost Daniel di daerah Beji, dekat lapangan bola. Catnya cukup bagus. Pagarnya di cat hitam dan kost itu sendiri di cat biru tua. Aku membuka pagarnya sambil membawa kue yang memang tidak memakan budget terlalu banyak, yang penting niat ngasihnya, bukan harganya hehehe. Aku mengirim sms padanya agar segera keluar tanpa memberitahu alasan kenapa dia harus keluar. Dalam jeda waktu itu, aku menyalakan lilin. Tidak berapa lama kemudian, aku melihat dia berada tidak jauh denganku. Aku gugup, dia terlihat berbeda. Rambutnya, matanya, hidungnya, aku merindukannya. Dia tersenyum dan berjalan ke arahku. Malam itu, pukul 19 lewat, disinari cahaya lilin dan malamnya kota Depok, aku bahagia. Dia make a wish beberapa detik dan meniup lilinnya. Lalu, dia meletakkan kue itu di bangku, tidak jauh dari kami. Gelap. Aku merasa ada tangan yang merangkulku dan memelukku.
“Maaf. Makasih ya” Dia berbisik di telingaku. Aku merasa inilah dia yang dulu, yang tidak mengabaikanku. Tapi.. Woopss! Dia menarik tanganku dan menarikku hingga keluar dari pagar.
“Kamu pulang ya. Ibu kost disini galak banget! Ada mahluk hawa nginjek satu milimeter ke dalam pagar aja, dia udah teriak-teriak minta di timpuk pagar kabupaten. Pliss, jaga diri kamu baik-baik. Makasih sekali lagi.” Dia mengatakan hal yang menurutnya sepele itu dengan terburu-buru. Aku kaget, marah, dan kesal.
“Danieeeeeeeeeel!!” Aku memanggilnya dengan suara lantang. Dia berlari terburu-buru ke arahku.
“Kenapa lagi?”
“Makan nih!” Sontak, dengan sukses aku membiarkan kue itu mencium wajah Daniel dengan agresif. Aku tahu itu sakit, tapi tidak sesakit perasaanku saat dia selalu mengabaikanku.
***
2 bulan berlalu, 8 Desember 2010 , hari itu usiaku menginjak 21 tahun. Ibu dan bapakku lagi dan lagi pergi ke Solo. Mereka hanya meninggalkan uang dan mengucapkan selamat ulang tahun via telephone. Aku mengisi ulang tahunku yang hambar dengan bermain game online seharian di daerah Jalan Laksda Adisucipto, sejak pukul 12 siang sampai pukul 9 malam.
***
Seusai bermain game online, aku berjalan dari EuroNet menuju Shelter De Britto. Aku keluarkan payungku karena hujan yang rintik-rintik itu cukup membasahi baju. Aku tahu, waktu telah menunjukan pukul 21:00, 30 menit lagi jam operasi Transjogja akan berakhir, aku harus segera menaiki bis sebelum pukul 21:30.
Sesampainya di shelter De Britto, shelter terlihat sangat sepi. Aku duduk di bangku shelter, sedangkan di bangku sebrang ada seorang pria yang mengenakan jaket hitam dan penutup kepalanya. Aku perhatikan, pria itu selalu mencuri pandang ke arahku. Tiba-tiba, dia berdiri dan berjalan ke arahku. Aku berdiri berusaha untuk meninggalkan shelter, tapi langkahnya ternyata lebih cepat daripada langkahku, dia menarik tanganku, aku mencoba untuk melepaskan, dan….
“Eh, ini gue!” Pria itu membuka tutup kepalanya, ternyata dia adalah Daniel. Aku tidak habis pikir, darimana dia tahu kalau aku disini.
“Lo tau darimana gue disini?”
“Dari status foursquare lo. Makanya jangan terlalu eksis! Hehe. Gue tau lo pasti ngegame disekitar sini.”
“Tangan gue dilepas aja bisa kali!” Aku berkata sinis, padahal aku merasa senang karena bisa melihat senyumnya lagi.
“Happy birthday ya. Gue gak tau lo suka apa dan lo mau apa, jadi gue gak bawa apa-apa deh. Hehe”
“Tawa lo! Dateng mendadak, pergi mendadak, berubah mendadak!”
“Aduh, dinginyaaaaaa sikap lo!”
“Ngaca dulu siapa yang lebih dingin! lo kali!” Aku membuang muka tanpa menatap matanya.
“Sorry, gue gak mau mikir cinta-cintaan dulu deh.”
“Emang gue suka sama lo? Ge-er dahsyat lo!”
“Oh, gue kirain datang setiap tahun berturut-turut cuma buat ngasih surprise ke ulang tahun gue itu adalah wujud perasaan suka, ternyata enggak ya?” Dia berkata dengan air muka polos, aku terdiam, lemas. Dia menyadari rencana-rencana mahamegatolol-ku.
“Bukan suka, Niel. Tapi sayang! Lo tau posisi gue sekarang? Gue terjepit diantara harapan kosong dan rindu yang lebih sering nyiksa.” Dengan jujur aku mengatakannya. Unek-unek selama 2 tahun dan ketahuilah 2 tahun bukan waktu yang sedikit.
Ada rasa saling mencintai namun bertahan untuk tidak saling memiliki. Lebih parah daripada patah hati. Cen sangar! Kalau 2 tahun kita bisa bertahan, tahun-tahun berikutnya harus lebih semangat dong!”
“Semangat palamu! Gue emang gak pernah mentingin status yang penting perasaan gue sama lo dan lo gak mengabaikannya!”
“Utuk-utuk, Mbak, mau tau sesuatu?”
“Apa?”
“Ketika bangun pagi hari, aku memikirkan dirimu. Ketika bersiap-siap tidur, aku memikirkanmu juga. Dan diantara rentan waktu itu, aku memikirkan kita. Kamu gak usah takut, status gak ngejamin kesetiaan seseorang kok.” Dia memegang tanganku, menariknya dan memelukku.
“Jadi, mau hadiah apa?” Dia berbisik sambil memelukku.
“Kamu-lah! You’re my something special. Tak peduli atas nama apa status dan ikatan kita, yang aku tau, aku sayang kamu walau tanpa status.” Aku berbisik di telinganya diiringi suara bis yang meninggalkan shelter. Itu bis terakhir tepat pukul 21:30.
Ah.. romantis itu tidak harus sunset, gunung, bukit bintang, dan makan malam. Bahkan, di shelter bis, tempat yang tidak terlalu indah, berdebu, dan bising sekalipun, romantis bisa saja hadir bahkan dalam keadaan tak terduga, tanpa dipaksa dan diminta.
Percayalah, Teman. Tidak ada perasaan yang lebih bahagia selain keindahan mencintai seseorang dan menjadikan dia satu-satunya orang yang ada dipikiranmu setiap saat :)

Cinta Datang Karena Terbiasa?

Tak disangka, bulan ini dia akan menikah. Dadaku sesak. Seharusnya aku ikut bahagia ya? Sahabatku, teman baikku, cinta pertamaku akan segera menikah. Bukan dengan aku tapi dengan yang lain.
***
“Kamu ini ya, seringnya bikin kaget! Tapi aku seneng lho secepat ini kamu akan melepas masa lajangmu.”
“Ini bukan mauku!” Jawabnya, ketus.
“Hmm..” Aku menatapnya sebentar, lalu kembali mengetik naskah novelku. Dia mengganggu aku yang sedang berimajinasi.
Witing tresno jalaran soko kulino.” Dia berkata dengan terbata-bata, berdiri dari bangkunya lalu berpindah tempat duduk, disampingku.
“Datangnya cinta karena terbiasa.” Aku menatapnya sebentar, menoyor kepalanya lalu kembali mengetik lagi.
“Ih, dengerin gue dulu dong!” Dia menjambak rambutku, memaksaku, lenjeh.
“Apaan?” Aku menatapnya ogah-ogahan dan meninggalkan naskah-naskah itu sejenak.
“Menurut elo perjodohan itu apa?”
“Zaman Siti Nurbaya.” Jawabku, seadanya.
“Gue dijodohin! Perjodohan itu menyeramkan! Dua orang yang tidak saling mengetahui satu sama lain dipertemukan dalam suatu waktu dan tempat. Bukan untuk perkenalan tapi untuk menentukan tanggal pernikahan! Pernikahan.. Negeri antah-berantah atau mungkin sesuatu yang lebih gila daripada rumah sakit jiwa!”
“Kenapa elo gak nolak aja?”
“Elo mau tahu, kenapa gue gak bisa nolak?”
“Apa?” Jawabku, penasaran.
Perjodohan itu salah satu ‘alat’ pembahagiaan
“Maksudnya?”
“Gini.. Perjodohan itu emang gak bikin gue terlalu bahagia tapi perjodohan itu bisa membuat orang-orang disekitar gue bahagia.” Dia berkata dan menatapku dalam-dalam.
“Hmm..” Ibarat paragraf, aku sudah mengetahui komplikasi masalahnya.
“Elo tahu kan nyokap gue? Dia gak bisa bertahan hidup kalau enggak dikasih suntikan insulin berkala. Dengan perjodohan ini, gue pengen ngebuat beliau setidaknya bahagia karena menikah dengan wanita yang beliau pilihin buat gue. Nyokap gue bilang cinta itu bisa dateng kalau terbiasa. Terbiasa bertemu, terbiasa saling berbagi, terbiasa saling perhatian maka cinta akan datang dengan sendirinya.” Dia menjawab semua pertanyaan yang timbul di otakku kala itu.
“Tapi ini berat!” Dia berkata padaku dengan nada tinggi.
“Kenapa?” Aku kembali bertanya padanya.
Gue harus ninggalin sesuatu yang menurut gue bisa bahagiain gue secara penuh. Termasuk seorang wanita yang selama ini mengisi kekosongan hati gue.”
Kalau tujuannya mulia, Tuhan pasti ngasih yang terbaik buat elo. Walaupun elo harus ninggalin semua hal yang menurut elo bisa membuat elo bahagia.” Aku berusaha menenangkannya, walaupun aku juga merasa miris dan getir.
***
Tanpa ditunggu pun, pernikahan itu terjadi. Aku melihat disana, seorang laki-laki dan seorang perempuan duduk di pelaminan, diberi hujanan ucapan dan salaman kebahagiaan dari semua tamu undangan.
Aku melihat cinta pertamaku, duduk dipelaminan bukan denganku tapi dengan yang lain. Aku berjalan ke pelaminan untuk memberikan ucapan. Sulit memang, menahan perkataan hati yang berkecamuk saat itu, menahan air mata agar tidak mempermalukan aku di depan dia, cinta pertamaku. Dan jika air mata itu jatuh di depan dia, aku akan berkata bahwa ini adalah air mata bahagia.
***
5 tahun berlalu. Aku masih single dan masih menyukai menulis. Buku terbaruku laris dipasaran dan cetakan pertama terjual habis selama 1 bulan. Bagaimana dengan dia? Dia hidup bahagia dengan istri dan kedua anaknya di Brunei Darussalam, dia bekerja sebagai salah satu petinggi perusahaan perminyakan di daerah sana.
Hari ini, dia berkunjung ke Indonesia. Pulang kampung katanya. Melalui chat YM, dia berjanji akan menemui saya setelah menemui ibunya yang kesehatannya berangsur membaik.
***
“Udah lama ya?” Aku segera duduk disampingnya dan mengulurkan tangan.
“Cuma salaman? Udah lama gak ketemu juga!” Dia berdiri dari tempat duduknya, mengampiriku, duduk disampingku lalu mencium kedua pipiku.
“Jangan bilang istriku ya!”
“Apaan sih! Emang istrimu bakal mutilasi kamu kalau kamu cuma nyium pipi sahabatmu? Hahaha.” Candaku membuat dia juga ikut tertawa.
“Haha. Jadi elo masih single ya?” Dia mengawali pembicaraan.
“Orang mah kalau baru ketemu itu nanya kabar, bukan nanyain status! Iyeee single haha kenapa?” Aku menjawab pertanyaannya dengan ringan.
“Tahan banget!”
“Well, masih banyak yang harus gue kejar. Masih banyak orang yang harus gue bahagiain.”
“Jangan terlalu keasikan sendirian lo!”
“Cerewet! Gimana kabar istri lo dan anak lo?” Aku bertanya.
“Istri gue baik. Anak gue udah 2. Yang pertama udah 4 tahun, yang kedua masih 2 tahun. Gimana buku lo? Masih tentang cinta-cintaan lebay? Hahaha” Jawabnya seadanya, benar-benar tidak berubah sejak 5 tahun berlalu!
Cinta itu MISTERIUS, ga bisa dipegang tapi kerasa nyata. Makanya gue gak berhenti buat menulis tentang cinta.”
“Oh.” Jawabnya pendek, sepertinya dia tidak tertarik dengan pernyataanku.
Witing tresno jalaran soko kulino. Cinta datang karena terbiasa. Jadi, cinta itu sudah datang kan!” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan ke bahan pembicaraan yang menurutku ringan-ringan saja.
Dia terdiam dan menatapku kosong. Apa aku salah bicara? Ups.. Sepertinya aku melakukan suatu kesalahan!
“Belum.” Dia menjawab sambil memakan hidangan masakan yang sudah tersedia di depan kami. Tidak berselera.
“Gue salah ngomong ya?” Aku kagok, terdiam.
“Ternyata lo masih inget tentang cerita gue yang perjodohan itu ya?”
“Iya. Karena cerita lo itu bukan main-main.”
“Tujuan gue gak nolak perjodohan itu bukan cuma gue pengen membuat nyokap gue bahagia tapi gue juga pengen segera punya keluarga dan anak, cuma itu…”
“Istri gue bisa memberikan itu semua dan dengan pernyataan cinta datang karena terbiasa itu, gue percaya suatu saat gue bisa mencintai istri gue dengan tulus..”
“Tapi semua berjalan gak sesuai kemauan gue. Istri gue, anak gue, kebahagiaan nyokap gue, semua kosong! Gue membiarkan semua mengalir tanpa pilihan gue. Buat menyesal bener-bener udah telat. Dan bodohnya lagi, bagian hati gue masih diisi dengan wanita itu, bukan dengan istri gue!” Dia menjawab pertanyaanku dengan lengkap. Aku merasa bersalah.
“Sorry lho, gue gak maksud ikut campur soal kehidupan pribadi lo. Kita ganti topik ya?” Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Mungkin ini saatnya gue ngasih tahu lo. Elo mau tahu siapa wanita yang bertahun-tahun mengisi kekosongan hati gue?” Dia menjawab pertanyaanku dan membuatku penasaran.
“Nggg.. Rahasia hati lo, jangan dibuka ke gue! Gue comel lho! Haha”
“Tapi elo harus tahu!” Dia berkata dengan sangarnya dan begitu memaksa!
“Siapa?” Aku bertanya dengan nada penasaran.
“Elo..” Dia menjawab pendek tapi mengagetkan!
“Gue? Lucu lo! Makan yuk!” Aku tidak percaya dengan jawabannya yang membuat dia terlihat bodoh.
Gue suka cara lo memandang gue. Gue suka kebiasaan lo saat bertemu gue. Gue suka kebiasaan lo berbagi sama gue. Gue suka kebiasaan lo memberi perhatian ke gue. Cinta datang karena terbiasa jika keterbiasaan itu terjadi tanpa ketidaksengajaan. Gue sengaja membiasakan semua yang terjadi antara gue dan istri gue, makanya cinta gak datang dengan mudahnya. Tapi semua kebiasaan yang terjadi secara tidak sengaja bersama lo, gue jadi tahu cinta itu segila apa!” Jawabannya membuat aku shock! Aku seperti tidak percaya dengan semua yang dikatakannya. Aku terdiam, tidak bisa berhenti menatapnya, sesak.
“Dan untuk hal yang terparah, bodoh dan tololnya, gue ngerasain hal yang sama.Cinta itu gila, dia membuat kita ga rasional! Jujur, gue pengen banget menikah dengan cinta pertama gue, tapi ternyata dia keburu menikah dengan orang lain.” Tanpa sengaja aku berkata padanya, benar-benar lisan dan tanpa kesengajaan.
“Siapa?” Dia bertanya padaku, penasaran.
“Elo lah! Pake nanya lagi!”
Beberapa detik kami butuhkan untuk saling menatap. Sorotan matanya tergeletak lemah dimataku. Dia mengulurkan tangannya ke bahuku. Dia menatapku dalam dan lekat, memelukku dengan erat. Suami orang lain, cinta pertamaku, saat ini memelukku dengan erat. Tak pernah aku merasa sehangat itu.

Oleh : Dwitasari